Pada uji Turing menunjukkan sebuah pernyataan bahwa manusia merupakan makhluk cerdas (intelligent), sehingga untuk mengatakan sebuah mesin itu cerdas maka harus menghasilkan respon yang tidak jauh berbeda dari manusia. Di sisi lain, pengetahuan itu relatif pada manusia dan bersifat kompleks. Sehingga pengetahuan manusia itu seringnya berhadapan dengan sistem kompleks. Pengalaman menunjukkan bahwa kecerdasan buatan harus berhubungan dengan cognitive science, human science seperti sosial, komunikasi, psikologi, dan sebagainya. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence (AI)) dilahirkan dari sebuah mimpi untuk melakukan inovasi. Ada dua obyek yang dihasilkan dari mimpi ini yaitu pertama, menggunakan bantuan dari kecerdasan alami dan pengetahuan dan kedua, produk intensif pengetahuan dengan banyak AI di dalamnya. Meskipun awalnya ada sebuah perdebatan terkait dengan AI ini, apakah dia itu merupakan kecerdasan komputasi (computational intelligence) atau kecerdasan buatan itu sendiri dan apakah sebuah AI didalamnya itu merupakan AI, dan banyak lagi isu-isu yang muncul di awal kemunculan AI ini. Sehingga dari isu perdebatan ini masing-masing grup riset, proyek, dan lab mempunyai penamaan sendiri-sendiri terkait dengan bidang ini, di sisi lain suatu sistem yang didalamnya terdapat AI ini tidak dipertimbangkan sebagai AI namun dia berjalan laksana AI itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, grup yang menggunakan AI ini akhirnya bertahan sampai sekarang. AI mempunyai pengalaman yang cukup menarik dalam pemrosesan pengetahuan (knowledge) seperti e-government, e-business, e-service, e-learning, dan lain-lain.
AI pada saat ini merupakan integrasi dari berbagai teknik yang ada, sehingga tidak ada yang baru senyatanya sejak 20-an tahun terakhir ini, misal AI dapat dibentuk dari integrasi teknik dalam data mining, web semantik yang terdiri dari ontologi, natural language processing (NLP), artificial neural network (ANN), kecerdasan kelompok (swarm intelligence), solusi hibrid untuk permasalahan kompleks seperti text mining, indeksing dan retrieval otomatis, virtual reality (VR), computer graphics, simulasi, dan lain sebagainya. Secara model ada juga yang menggabungkan antara probabilitas dari statistik, induksi dari teori matematika diskrit, dan ANN atau seperti contoh model chatbot yang menggabungkan antara natural language processing (NLP), machine learning, dan statistik. AI tidak hanya berbasis komputer saja, namun juga merupakan cara berpikir. Generasi baru dalam AI banyak ditemukan penerapannya pada bentuk simbolik dan robotik yang terdiri dari penalaran (reasoning), pengetahuan (knowledge), pemrosesan (processing), web, technologies, machine learning, data mining, dan multi-agent systems. Pada reasoning terdiri dari probabilistik dan ketidakpastian (uncertainty), penalaran berbasis analogi, penalaran berbasis model, spasial dan temporal, kualitatif, dan induktif. Di sisi pengetahuan meliputi akuisisi, pemodelan, representasi, manajemen, penemuan (discovery), dan rekayasa (engineering). Pada AI sendiri banyak pemrosesan yang sudah dikenal seperti pemrosesan bahasa alami (natural language processing (NLP)), pemrosesan suara (speech processing), pemrosesan gambar (image processing), dan pemrosesan sinyal (signal processing). Di samping itu teknologi penyampaian informasi berbentuk web mempunyai tambahan dalam bidang AI seperti web semantik (semantic web), ontology, penambangan teks (text mining), dan terminologi. Bidang machine learning data mining mempunyai porsi yang cukup baik dalam dunia ilmu komputer saat ini dimana bidang ini meliputi evolusi buatan (artificial evolution), jaringan syaraf (neural network), penambangan data (data mining), dan pembelajaran berbasis komputer (computer-based learning). Dukungan teknologi juga semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu dengan pengembangan dalam pemrograman berbasis konstrain (constraint-based programming), pemrograman logik (logic programming), arsitektur sistem AI, dan antarmuka cerdas. AI terhimpun dari teknologi yang saling berhubungan untuk mencoba mensimulasikan dan menghasilkan kemiripan dengan pikiran dan prilaku manusia baik dalam hal menalar, berpikir, berbicara, merasakan, dan lain sebagainya. Perpaduan dan keselarasan dari masing-masing sistem (multi-agent systems) memiliki peranan penting dalam kecerdasan kelompok dalam arsitektur, prilaku kolektif (collective behavior), interaksi, metodologi kebangkitan, dan platform. Semua ini berjalan sendiri, terpisah, dan berkelompok dalam membangun bidang-bidang AI ini. Sehingga dimungkinkan akan mempunyai dampak yang besar dalam kemudahan layanan hidup manusia meskipun juga tidak dapat dipungkiri bahwasanya jika ada kemudahan tentunya juga akan muncul kesukaran dalam implementasi teknologi baik itu dari sisi regulasi, infrastruktur ataupun yang lain. Jika penerapannya sesuai, maka informasi yang didapatkan akan kaya dan berkembang pesat sehingga ini akan menjadi modal dalam membangun pengetahuan (knowledge). Hal ini menjadikan AI tidak hanya berbasis pada komputer saja namun juga merupakan suatu pola cara berpikir. Sistem terintegrasi dari sebuah inisiatif, metode, dan perangkat (tool) akan membangun langkah optimal dalam pengetahuan sehingga akan memunculkan sebuah peradaban baru dalam teknologi.
Pengembangan teknologi yang cukup signifikan dalam bidang AI ini akan menggantikan kedudukan interaksi manusia dengan manusia (person-to-person interaction) menjadi interaksi manusia dengan mesin (person-to-machine interaction). Saat ini dampak penggunaan aplikasi dengan manusia atau penggunaan mesin oleh manusia cukup menjadi tren dan life style. Bila hal ini berlanjut maka bisa diprediksi sifat sosialisasi antara manusia akan berkurang karena hanya akan diwakili oleh sebuah mesin dan pihak yang mempunyai kepentingan informasi cukup mengamati dari dashboard dan mesin akan bekerja untuk tuannya dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan. Teknologi mesin dan algoritma atau metode kecerdasan yang ditanamkan pada sebuah aplikasi akan berkembang dan bisa jadi akan memunculkan sebuah metode optimasi karena optimalisasi metode sudah berada pada puncaknya. Kecepatan mengolah dan menyediakan data akan diperankan dalam bidang AI tidak hanya berupa perangkat lunak (software) saja namun juga kecepatan pengolahan data akan diimplementasikan dalam perangkat keras (hardware). Hal ini tentu saja ada trade-off, dari segi kecepatan, menanamkan AI ke dalam hardware lebih cepat daripada ditanamkan pada sebuah software, namun dari segi fitur, implementasi software lebih unggul daripada implementasi hardware. Usulan-usulan metode terkait dengan AI akan senantiasa bermunculan karena tidak ada yang pasti terkait metode AI apa yang menjadi terbaik karena hal itu bergantung pada kasus yang dihadapi. Semua ini bermula dari sebuah mimpi dan akan dikembangkan dalam bentuk imajinasi sehingga kekuatan berpikir akan memunculkan banyak ide metode, teknik, dan solusi untuk menghasilkan sebuah produk, daya kreasi, dan layanan. Hal ini menjadi modal laju perkembangan dan keberlanjutan AI di masa depan. Di samping dari sisi end-node, perlu untuk dipikirkan juga cara komunikasi dalam transfer informasi karena isu yang akan sering muncul dan selalu akan terjadi adalah faktor keamanan terhadap komunikasi informasi. Mungkin saat ini metode block-chain bisa menjadi salah satu alternatif metode pengamanan data dan informasi, namun akan ada banyak aspek yang terdapat celah dan bisa ditembus jika pola yang diberlakukannya itu sama, sehingga perlu untuk menerapkan berbagai macam metode secara acak sehingga tidak akan mudah untuk dilacak. Dulu membuat mesin berpikir cerdas hanya sebuah mimpi, namun saat ini perlahan namun pasti mimpi itu akan menjadi terwujud bahkan akan melampaui dari kemampuan yang dicontohnya. AI sudah masuk dalam berbagai bidang baik eksak maupun sosial, penerapannya bisa dimana saja dan terhadap apa saja.